BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 24 April 2012

"Kasus Bentuk Ketahanan Nasional"

Perbatasan laut Indonesia dan Malaysia di wilayah Laut Sulawesi, sekitar Pulau Sipadan dan Ligitan, dilanda ketegangan. TNI-AL kemarin mengerahkan tiga kapal perang ke wilayah tersebut untuk mengantisipasi manuver pasukan Malaysia yang juga mengklaim perbatasan perairan yang belum ditetapkan oleh Mahkamah Internasional itu.
Tiga kapal perang Indonesia yang unjuk kekuatan di kawasan timur Pulau Kalimantan itu adalah KRI Wiratno, KRI Rencong, dan KRI Nuku. Kapal-kapal itu berada di sekitar wilayah laut yang kini sama-sama diklaim oleh Malaysia dan Indonesia.
selain ketiga KRI itu, TNI-AL mengerahkan dua pesawat intai maritim Nomad P-840 dengan pilot Mayor Laut (P) Sisyani dan Nomad P-834 dengan pilot Kapten Laut (P) Wijayanto. Kedua pesawat pengintai itu berpangkalan di Bandara Juwata Tarakan.
Personel di tiga KRI sekitar 200 orang. Mereka di bawah kendali Kepala Staf Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang dipimpin Kolonel Laut (P) Marsetio MM. Gelar kekuatan dilakukan sampai masalah ini dibicarakan di tingkat nasional dan internasional secara diplomatik. gelar kekuatan itu merupakan tindak lanjut dari masalah yang dialami kapal nelayan jenis trawl pada 7 Januari 2005 lalu. Kapal nelayan Indonesia itu dikejar dan ditembak oleh sebuah kapal perang TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia) KD Sri Melaka-3147.
Selain itu, Marin Laut, sebutan angkatan laut Malaysia, telah menyandera dan menyiksa karyawan PT Asiha Samudra yang ketika itu memperbaiki lampu suar (lampu sebagai rambu-rambu laut di daerah Karang Unarang yang letaknya di sebelah timur Pulau Sebatik).
Parahnya lagi, pada Sabtu (26/2) sekitar pukul 10.58 Wita, pesawat Pesud Malaysia/Lnad Based Maritime Air Craft jenis 4 Beechcraft B 200 T Super King, mendekati KRI Wiratno dan bahkan masuk wilayah Indonesia sekitar 3 mil.
Ketegangan di kawasan laut tersebut terjadi setelah Sipadan dan Ligitan resmi menjadi milik Malaysia. Negeri jiran itu kini merasa separo Laut Sulawesi masuk wilayah mereka. "Padahal, dulu hanya 12 mil dari Sipadan dan Ligitan. Sekarang mereka mengklaim 70 mil dari Sipadan dan Ligitan.
 Yang membuat situasi semakin tegang, daerah Karang Unarang yang berada di luar 70 mil dari batas klaim Malaysia itu, kini juga diincarnya. Salah satu bukti nyata, ketika Indonesia membangun suar di wilayah itu, para pekerja disandera dan disiksa pasukan Malaysia.
Pihak Malaysia sangat agresif untuk menguasai sebagian besar Laut Sulawesi. Aksi terakhir Malaysia yang membuat Departemen Luar Negeri RI marah adalah menjual konsesi minyak di kawasan tersebut kepada raksasa perusahaan minyak Shell.
Deplu langsung mengirim nota protes ke Kuala Lumpur. Menurut Jubir Deplu Marty Natalegawa, perairan tersebut milik Indonesia. Karena itu, malaysia tidak mempunyai hak memberikan konsesi kepada siapa pun. Menurut Marty, Indonesia akan tetap mempertahankan kedaulatannya di wilayah itu.
Panglima TNI Siap Konflik Terbuka dengan Malaysia
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menyatakan, pihaknya siap konflik terbuka dengan Malaysia supaya beberapa wilayah perbatasan seperti Laut Sulawesi tidak terus-menerus menjadi ajang eksplorasi dan eksploitasi dan akhirnya dikerahkan tiga armada KRI yang merapat ke Laut Sulawesi untuk menambah kekuatan pengamanan wilayah perairan di sana  dalam rangka mempertahankan daerah kelautan Indonesia.